Akselerasi Kecerdasan Buatan (AI) guna Menghadapi Dunia Metaverse

Baru-baru ini konsep Metaverse kembali dipopulerkan oleh Mark Zuckerberg, CEO salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Facebook. Istilah Metaverse sendiri bukanlah hal yang baru. Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1992 oleh Neal Stephenson, seorang penulis asal Amerika Serikat dalam novel fiksinya bergenre cyberpunk yang berjudul Snow Crash. Konsep ini merupakan penggabungan dari beberapa area teknologi, seperti di dalamnya terdapat realitas virtual (VR), realitas berimbuh (AR) dan video yang di mana di dalamnya bisa dihuni oleh manusia asli dalam dunia digital. Melalui Metaverse  penggunanya dapat beraktivitas dan selalu terkoneksi bersama  layaknya manusia normal seperti bekerja, bernyanyi, jalan-jalan, belajar, dan masih banyak lagi. Teknologi AR dan VR akan memegang peranan penting dalam Metaverse. Kecerdasan buatan (AI) yang bisa diimplementasikan pada berbagai sektor mencakup berbagai bidang seperti analisis konten, interaksi robot, visi komputer, dan masih banyak lagi.

Berdasarkan isu-isu AI, data science, dan Metaverse tersebut, Prodi Sains Data IT-Telkom Purwokerto menyelenggarakan webinar yang bertajuk “The Acceleration of Artificial Intelligence in Data Science to Face Metaverse World” pada Sabtu (5/2/2022). Tujuan diselenggarakannya acara ini ialah untuk mengenalkan peranan Data Science & Artificial Intelligence serta bagaimana implementasinya terhadap dunia Metaverse kepada khalayak umum. Dalam acara ini turut mengundang narasumber yang profesional di bidangnya yaitu Agus Sasmito Aribowo, S.Kom, M.Cs, PMP., selaku Dosen UPN Veteran Jawa Timur dan Isna Alfi Bustoni, S.T., M.Eng., Dosen UGM yang saat ini sedang melanjutkan studi doktoralnya di University of Glasgow. Terselenggaranya webinar ini juga merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis Prodi Sains Data IT-Telkom Purwokerto yang  ke-2.

Dewasa ini sudah banyak sarana pendukung yang dapat membantu kita dalam menikmati akses Metaverse, seperti adanya teknologi internet 4G/5G, headset & kacamata VR & AR. “Apa yang sudah kita lihat di lapangan membuktikan bahwa piranti yang kita miliki untuk bertransisi ke Metaverse sudah cukup siap. Piranti ini pun bisa dengan mudah kita dapatkan karena banyak dijual di toko-toko.” ujar Agus Sasmito, selaku panelis pertama. Pernyataan beliau pun diperkuat dengan suatu peristiwa pernikahan sepasang suami-istri dari Florida, Amerika Serikat pada 2021 lalu. Seperti dilansir dari NewYork Times, Traci, 52, dan Dave Dagnon, 60, mereka menggelar pernikahan secara virtual dengan latar tempat gereja di langit. Adanya Metaverse ini tentunya sangat membantu mereka dalam menggelar suatu upacara di tengah efek pandemi Covid-19 tanpa harus mengundang kerumuman orang.

Terlepas dari semua manfaat yang bisa kita manfaatkan dari tren teknologi ini, tentunya tidak semua kalangan bisa menikmatinya. Agus Sasmito pun menambahkan bahwa di Indonesa belum semua masyarakatnya bisa menikmatinya secara maksimal disebabkan karena adanya keterbatasan seperti sulitnya akses internet yang semoga ke depannya bisa diatasi sehingga bisa lebih banyak orang yang menikmati teknologi ini.

Kecerdasan buatan (AI) tentunya berperan penting dalam pemaksimalan fungsi Metaverse. Kecerdasan buatan sendiri secara sederhana merupakan sebuah tiruan dari kecerdasan  manusia yang dimodelkan dan diprogram di dalam komputer sehingga komputer bisa berpikir seolah-olah layaknya seorang manusia. Komputer yang sudah ditanamkan AI diharapkan bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang umumnya memakai kecerdasan manusia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Salah satu contoh dari AI ialah Computer Vision. Computer Vision ialah AI yang dapat membuat sebuah komputer seolah-olah bisa melihat benda atau objek yang berada di sekitarnya. Nantinya komputer akan menangkap citra sebuah situasi dengan kamera, kemudian akan menganalisis sendiri objek yang ada di depannya. “Di dalam Metaverse kita juga akan melihat avatar adalah objek yang merupakan perwujudan dari diri kita di dunia nyata. Ketika objek tersebut dihadirkan dalam Metaverse, maka Computer Vision ini dapat membantu avatar tersebut untuk mengidentifikasi objek yang ada di dalam Metaverse itu sendiri,” ujar Agus Sasmito.

Metaverse memang ingin membuat kita merasa bisa membawa dunia virtual lebih imersif & realistis, lebih seperti dunia nyata namun secara virtual. “Berbeda dari aplikasi online meeting pada umumnya seperti Zoom ataupun Google Meet yang mana kita hanya bisa bertatap-tatapan,  Metaverse ingin membawa kita tidak hanya bisa bertatap-tatapan, tetapi juga bisa untuk merasakan kehadiran orang lain. Kita bisa merasakan diri kita hadir dalam suatu konferensi.” ujar Isna Alfi selaku panelis kedua.

Di dalam Metaverse terdapat tiga (3) konsep pembuatan. Di antaranya ada Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Mixed Reality (MR). Kita sudah sering melihat implementasi dari AR & VR. Contoh paling sederhana yang bisa kita lihat dari Augmented Reality ialah filter atau efek dari kamera aplikasi media sosial. “Ketika kita merekam wajah kita menggunakan smartphone, kita bisa mengganti wajah kita dengan wajah hewan. Kita juga bisa mengubah tampilan wajah kita menjadi berbagai macam kondisi, itu semua merupakan bentuk dari Augmented Reality.” Ujarnya. Sehingga konsep yang digunakan dalam Augmented Reality ini ialah menambah value pada objek yang kita inginkan.

Selain itu juga terdapat Virtual Reality (VR). Konsep VR ini ialah membawa kita menuju dunia virtual secara keseluruhan. “Di VR ini kita tidak melihat dunia nyata, kita secara 100% masuk ke dunia virtual.” tambahnya. Contoh piranti yang dapat kita gunakan untuk menikmati VR ini salah satunya ialah Oculus.

Konsep terakhir yang terbaru ialah Mixed Reality (MR). Konsep ini merupakan campuran antara dunia nyata dengan dunia virtual yang digabungkan dan kita bisa berinteraksi satu sama lain. Dunia virtual bisa memengaruhi dunia nyata, kemudian dunia nyata pun bisa memengaruhi dunia virtual. Itulah konsep yang ingin dibawa oleh Mixed Reality.

Saat ini Metaverse sedang ada di konsep Augmented Reality dan Virtual Reality, tetapi siapa yang  bisa memastikan akan seperti apa arah Metaverse 15 tahun ke depan? Mungkin saja saat itu kita sudah mengarah ke konsep Mixed Reality, tidak ada yang tahu pasti. “Bisa dibayangkan saat kita bosan karena terjebak macet di jalan, kemudian dengan kacamata canggih kita bisa menghilangkan kejenuhan akibat macetnya jalanan di depan mata dengan pemandangan pantai berkat adanya Mixed Reality ini. Sehingga seolah-olah kita sedang berjalan di pantai.” tutupnya.

Penulis : Luthfi Rakan Nabila

perfectreplica

Related Post

Bridging Technology for Humanity
Jl. D.I Panjaitan No. 128 Purwokerto 53147, Jawa Tengah – Indonesia

Telp : 0281-641629

WA  : 0812-2831-9222

Email : [email protected]

Website Official : ittelkom-pwt.ac.id

Website PMB : pmb.ittelkom-pwt.ac.id

Negara : Indonesia

Telp

WA

Email

Website Official

Website PMB

Negara

Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro (FTTE)

Fakultas Informatika (FIF)

Fakultas Rekayasa Industri dan Desain (FRID)

Bridging Technology for Humanity
Jl. D.I Panjaitan No. 128 Purwokerto 53147, Jawa Tengah – Indonesia

Telp

WA

Email

Website Official

Website PMB

Negara

Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro (FTTE)

Fakultas Informatika (FIF)

Fakultas Rekayasa Industri dan Desain (FRID)

Copyright ©2024 All Rights Reserved By PMB Institut Teknologi Telkom Purwokerto